Begini 7 Dampak Buruk Bullying pada Anak


Sudah sering dengar berita-berita tentang bullying alias persekusi?

Salah satu kejadian persekusi dialami dua korban anak-anak yang sampai ditelanjangi karena dituduh mencuri jaket warga di Kampung Rawa Bambu, Kota Bekasi.

Persekusi bisa dikatakan sebagai tindakan berupa perlakuan buruk atau penganiayaan yang dilakukan oleh individu atau kelompok terhadap seseorang dengan sewenang-wenang. Persekusi tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi banyak juga kasus yang melibatkan anak-anak. Anda perlu waspada dan berhati-hati agar anak-anak tidak terkena tindakan persekusi.

Kali ini psikolog Hattmadi Abdullah, M.Psi akan membahas dampak buruk anak yang menjadi korban persekusi. Yuk kita simak bersama untuk dijadikan pelajaran.

1. Menimbulkan trauma


Kejadian persekusi yang menimpa Si Anak pasti akan selalu membayangi dirinya sampai dewasa nanti. Ingatan akan kejadian itu akan terjadi berulang-ulang, sehingga menyebabkan trauma. Terkadang bayangan kejadian itu tidak bisa dikendalikan dengan mudah. Perlu membutuhkan penanganan para ahli untuk menghilangkan segala ingatan buruk itu.

Belum lagi jika ada kekerasan fisik saat perlakuan persekusi itu berlangsung. Si Anak tidak hanya menerima trauma secara psikologis saja, namun bisa berdampak pada trauma fisik. Meskipun pada akhirnya luka fisik bisa lebih mudah sembuh dibandingkan psikis, tetapi tetap saja trauma itu akan membekas.

2. Memiliki pandangan negatif


Kejadian persekusi pada Si Anak itu bisa pandangannya berubah. Yang awalnya masih punya pandangan positif, setelah kejadian yang tidak menyenangkan itu bisa membuat pandangannya negatif. Bahkan yang lebih parahnya lagi, ini bisa terjadi ke semua orang. Si Anak juga akan mulai kehilangan kepercayaan ke orang yang ditemuinya.

Jadi, jangan anggap sepele masalah persekusi ini ya.


3. Menimbulkan fobia


Dampak buruk lainnya saat terjadi persekusi pada Si Anak yaitu mereka bisa mengalami fobia sosial. Fobia ini seolah-olah membuatnya sering bersikap waspada dan siaga. Mereka mengganggap orang lain di sekitar mereka sebagai sebuah ancaman. Padahal orang-orang di sekitarnya tidak menyakit, mengusik atau melakukan hal apapun yang merugikan.

Selain fobia sosial, Si Anak juga bisa mengalami agorafobia atau fobia terhadap tempat-tempat umum. Fobia-fobia seperti ini tidak bisa dikendalikan, sehingga mengganggap tempat umum bisa mengancam keselamatannya.

Fobia ini dipicu saat korban merasa ketika kejadian ada banyak orang yang melihatnya, namun tidak ada yang berusaha menolong. Kalau dibiarkan begini terus pasti ini sangat menganggu ya?

4. Memicu rasa malu dan takut


Perlakuan yang tidak menyenangkan bisa memicu perasaan negatif pada Si Anak, seperti perasaan malu dan takut. Perasaan-perasaan seperti ini akan tetap tumbuh sehingga membuat dirinya merasa tidak berguna. Akan bertambah parah lagi, jika ia mendapatkan judge dari lingkungannya berada. Apalagi kalau ini membuat dirinya semakin sulit dan tidak berdaya untuk membela diri mereka sendiri.



5. Depresi

Perasaan-perasaan yang terjadi pada Si Anak tadi jangan disepelekan ya. Mulai dari perasaan malu, takut dan perasaan negatif lainnya. Karena ini bisa berdampak buruk untuknya dan bisa membuat dirinya mengalami depresi.

Jika sudah depresi terkadang Si Anak cenderung menarik diri dan menyendiri. Perilakunya yang terus-menerus seperti ini akan membuat ia jadi kurang berperan di dunia sekitar dan mengurangi tingkat produktivitas.

Sangat disayangkan ya Ma, tindakan persekusi bisa berakibat buruk seperti ini untuk Si Anak. Sebagai orangtua, anda harus bisa mengembalikan tindakan. Berusahalah untuk pelan-pelan meningkatkan kepercayaan dirinya kembali agar ia bisa bergabung lagi ke lingkungannya.


6. Keinginan untuk bunuh diri

Keinginan untuk bunuh diri ini bisa saja terjadi, apalagi ketika semua perasaan tidak dapat dikendalikan lagi. Terkadang Si Anak jadi tidak bisa murung atau menyendiri di kamar. Sulit memang menjadi korban perlakuan persekusi.

Selain mendekatkan Si Anak dengan ajaran-ajaran agama, Mama juga bisa menenangkan dirinya. Katakan jika anda selalu ada disini untuknya, dengan begitu ia tidak akan merasa sendiri dan mengganggap dirinya masih berharga. Ingatkan juga dirinya kalau di setiap masalah itu pasti akan ada pembelajaran hidup. Pelajaran-pelajaran yang mungkin dianggap sepele seperti ini padahal bisa cukup menguatkan dirinya.   


7. Menaruh dendam ke pelaku

Si Anak yang tidak bisa menerima kejadian yang menimpa dirinya bisa saja menaruh rasa sakit hati. Kemungkinan besar ada dendam yang diam-diam disimpannya terhadap pelaku.

Tidak menutup kemungkinan jika beranjak dewasa nanti, ia bisa bertindak gelap mata untuk membalas perlakuan dendam ke pelaku. Hingga bisa melakukan tindakan-tindakan yang mungkin melanggar hukum.
Supaya Si Anak yang sudah menjadi korban persekusi tidak melakukan tindakan seperti ini, anda perlu mengajarkan sikap belajar memaafkan ya. Lakukan sejak anak di usia yang masih dini ya.

Apapun yang buruk tidak perlu juga dibalas dengan keburukan, pembelajaran seperti ini yang perlu ditanamamkan ke Si Anak. Tujuannya agar ia belajar untuk tidak menaruh dendam ke siapapun, apalagi jika ada seseorang yang berbuat tidak baik kepadanya.

Dampak persekusi tidak bisa dianggap sepele ya. 

Semoga penjelasan tadi bisa membuka mata anda sebagai orang tua agar lebih melihat perkembangan Si Anak dan terhindar dari tindakan persekusi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERTIMBANGAN PENENTUAN PENGENDALI KEUANGAN KELUARGA: SEBUAH ANALISA NILAI PERAN GENDER DALAM INTERAKSI PASANGAN SUAMI ISTRI

Psikologi Keluarga