Kenapa Orang Selingkuh? Ini 3 Teori Ilmiahnya
Masing-masing pasangan tentu mempunyai aturan main
dalam menjalani hubungan. Tapi nyaris semua orang setuju bahwa perselingkuhan
itu salah. Jika demikian, kenapa tetap ada individu yang selingkuh?
Perselingkuhan dalam hubungan apa pun bisa menjadi
pengalaman yang merugikan baik mental dan emosional bagi pihak yang melakukan
maupun yang diselingkuhi. Namun, pertanyaannya kemudian tetap sama, lantas
kenapa masih ada orang yang mau berselingkuh?
Pertanyaan itu juga dilontarkan oleh ahli biologi
evolusioner Dr David Barash dan ahli antropologi hayati, Dr Helen Fisher dalam
salah satu episode video mingguan Love, Factuallyyang diunggah oleh laman
Bustle. Menurut data, 91 persen penduduk Amerika Serikat berpendapat bahwa
selingkuh dari pasangan secara moral keliru. Namun banyak studi pun menunjukkan
sekitar 30 persen warga Amerika Serikat yang menikah selingkuh dair pasangan
mereka.
Melansir laman Bustle, Minggu
(21/8/2018), Barash dan Fisher berpendapat, penting untuk mempertimbangkan
faktor lain yang menyebabkan orang jadi tidak setia, dalam hal ini tentu saja
sains. Berikut tiga teori sains mengenai selingkuh:
Teori 1: Manusia tidak secara alami bersifat
monogami
Menurut Dr Barash, salah satu teori terbesar dan
paling sederhana yang bisa menjelaskan kenapa manusia selingkuh dari
pasangannya adalah manusia tidak secara alami bersifat monogami.
Tentu saja hal ini tidak sepenuhnya negatif. Ada
hal serta kemampuan lain yang juga tidak kita kuasai secara alami. Misalnya
saja kemampuan bermusik atau memasak bukan kemampuan yang kita miliki sedari
lahir, perlu waktu untuk mengasahnya jika memang kita menaruh minat pada hal
tersebut.
Menurut Barash teori itu pun berlaku pada pada
monogami. Kita bisa jadi tidak secara alami berniat berkomitmen pada satu
orang, melainkan itu bisa kita pilih sebagai prioritas.
Teori 2: Selingkuh ada dalam gen
Gen Anda memengaruhi semuanya, mulai dari tinggi
badan, warna mata, kemampuan dalam berolahraga, hingga seberapa mudah Anda
stres, serta...kemungkinan Anda untuk selingkuh!
Pertama, Anda perlu melihat DRD4, gen yang membantu
memproduksi hormon dopamin, yang diproduksi otak ketika distimulasi oleh
kesenangan seperti makanan, seks, dan lainnya.
Anna Parsons menjelaskan bahwa semua orang memiliki
gen DRD4. "Individu dengan alel DRD4 yang panjang perlu stimulasi yang
lebih banyak untuk melepas dopamin," jelasnya.
Studi menunjukkan, individu dengan alel panjang dua
kali lebih mungkin melakukan seks bebas serta perselingkuhan dibandingkan
mereka yang memiliki alel pendek.
Gen lainnya yang memengaruhi hubungan Anda adalah
AVPR1A, gen yang memproduksi arginine vasopressin yang menyangkut kemampuan
mempercayai, empati, serta ikatan seksual. Menurut sebuah studi yang melibatkan
individu kembar, 40 persen wanita yang memiliki varian spesifik dari gen ini
memiliki kemungkinan selingkuh.
Teori 3: Sistem otak membuat kita selingkuh
Menurut Fisher, kita memiliki tiga sistem otak yang
berbeda terkait pernikahan: dorongan seksual, perasaan cinta romantis, serta
perasaan keterikatan yang dalam. Tapi bukan berarti ketiganya selalu bersinergi
satu sama lain. "Masalah muncul saat ketiga sistem otak tersebut tidak
selalu ditujukan pada individu yang sama," ujar Fisher.
Jadi, ketika pada saat bersamaan Anda mungkin
merasa begitu terhubung dengan seseorang, sebagian otak yang memengaruhi
dorongan seks Anda terfokus pada orang lainnya, dan bagian lain otak yang
mengontrol perasaan cinta romantis terobsesi pada seseorang lain lagi. Hal itu
bisa menjadi penyebab selingkuh.
Apakah ketiga teori ini
berlaku untuk semua orang? Tidak selalu demikian. Parsons mengatakan,
teori-teori tersebut hanya memberi alternatif jawaban selain tuduhan
"moral rendah" sebagai penyebab seseorang selingkuh. Dengan kata
lain, berbagai faktor terkait biologis perlu dipertimbangkan ketika kita
mencoba memahami kenapa seseorang selingkuh.
Komentar
Posting Komentar